Pada tanggal 25
November, Aliansi Perempuan Internasional (IWA) melihat kebangkitan rezim-rezim neo-fasis dan sayap kanan
serta penyebaran ideologi reaksioner, dari AS dan sekutunya di Eropa ke rezim
yang didukungnya di Brazil, India, Filipina, dan di tempat lain. Hak-hak
perempuan yang diperoleh dengan susah payah sedang diputar balikkan oleh kepala negara seperti Trump, Modi, Bolsonaro, dan Duterte yang secara terbuka mempromosikan misogini dan kekerasan terhadap perempuan.
Pada saat yang
sama, setiap hari kita terinspirasi oleh
para perempuan yang memainkan
peran utama dalam pemberontakan di seluruh dunia melawan imperialisme yang
dipimpin AS di Venezuela, Bolivia, Haiti, dan banyak lagi. Perempuan bangkit melawan perang dan militerisasi di tengah puing-puing
dan kehancuran. Kita terinspirasi oleh keberanian
para perempuan di Kurdistan, yang tidak hanya melawan ISIS, tetapi juga sekutu NATO Turki yang
mencoba membasmi orang-orang Kurdi dan identitas mereka dengan
pembersihan etnis. Kita berdiri bersama saudara-saudara
kita di Palestina melawan rezim apartheid brutal Israel dan para pendukungnya
di AS. Kita bersatu dengan saudari-saudari
kita di Filipina, yang menentang tindakan kekerasan, penggeledahan, pemenjaraan dan
penghilangan yang dilakukan oleh rezim AS-Duterte terhadap lawan-lawannya.
Setiap tahun kita memperingati hari Internasional untuk penghapusan kekerasan terhadap perempuan,
sebagaimana ditetapkan oleh PBB pada tahun 1999. Penekanannya adalah kekerasan
berbasis gender, khususnya kekerasan dalam rumah tangga, yang terus mengambil
proporsi terbesar di seluruh dunia.
Sementara
banyak organisasi anggota IWA yang bekerja di lapangan bekerja dengan para perempuan korban kekerasan gender, untuk menyediakan tempat berteduh, berlindung,
dan mendukung, kita juga mengakui bahwa ideologi
patriarkal yang reaksioner didasarkan pada basis materi - sistem ekonomi dimana perempuan secara ekonomi bergantung, tidak memiliki akses terhadap tanah,
memikul beban tanggung jawab keluarga dari anak-anak hingga orang tua, dalam keadaan dimana sumber daya terkonsentrasi pada keuntungan bagi segelintir
orang, dan layanan sosial terus-menerus dipangkas.
Kita percaya dengan mengubah sistem yang berkuasa, kita dapat mempengaruhi perubahan
dalam kehidupan perempuan. Pada tanggal
25 November, penting kiranya untuk mengingat
kembali sejarah hari ini, dimana peran dimainkan oleh tiga
saudara perempuan Mirabal di Republik Dominika untuk menentang kediktatoran
Rafael Trujillo yang telah berlangsung puluhan tahun.
Pada 1950-an, siapa pun yang menantang Trujillo dapat dipenjara, disiksa, atau dibunuh secara brutal.
Para saudari Mirabal adalah bagian dari gerakan perlawanan terhadap pemerintahan totaliternya.
Mereka dengan cepat dikenal sebagai ¨las Mariposas¨ (Kupu-kupu), para pemimpin perlawanan yang inspirasional.
Pada 25 November 1960, ketiga saudari itu disergap dengan jip, dicekik, dan dipukuli sampai mati.
Pemerintah berusaha menutupinya sebagai kecelakaan, tetapi opini publik menentangnya.
Pembunuhan Las Mariposas adalah titik balik dalam kejatuhan diktator. Saat ini, di hampir setiap kota Dominika
ada beberapa tanda peringatan, sekolah, atau nama jalan utama yang memuat nama saudara perempuan Mirabel.
Para lalim dan tiran serta pemimpin sayap kanan masih menggunakan kekerasan terhadap perempuan
untuk membendung perlawanan perempuan, untuk menyiapkan perpecahan dalam oposisi sambil terus menggunakan ide-ide patriarki
yang reaksioner untuk mencapai tujuan mereka.
Ini adalah politik perlawanan yang melekat dalam perjuangan perempuan dan khususnya perjuangan
untuk perubahan sistemik yang akan mengalahkan politik kebencian terhadap perempuan.
Aliansi Perempuan Internasional (IWA) menyerukan kepada semua perempuan untuk bangkit pada tanggal 25 November ini,
guna memperingati Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan dalam konteks kebangkitan neo-fasisme,
krisis yang memburuk, intervensi dan perang imperialis, dan ancaman dari membatalkan hak-hak kami yang sulit diperoleh -
dan untuk memperjuangkan dunia yang bebas dari penindasan dan eksploitasi, perusakan lingkungan, migrasi paksa dan perang agresi.
Sementara kita berjuang untuk sebuah dunia dimana tidak mungkin untuk menundukkan manusia dengan alasan gender, ras, dan agama, kita menyadari bahwa sistem yang eksis hari inilah yang harus kita lawan, sistem yang memberikan perusahaan multinasional kebebasan untuk menjarah dan mengendalikan sumber daya alam dunia, yang mempertahankan kemiskinan, kelaparan, rasa tidak aman dan kehancuran bagi sebagian besar planet ini. Kami menyadari bahwa imperialisme A.S. dan sekutunya memimpin dalam mempertahankan dan memaksakan sistem ini.
Kita tidak punya pilihan selain memperkuat politik perlawanan kita.
Perempuan bersatu dalam perjuangan!!
Lawan Politik Misogini dengan Politik Perlawanan!!
Akhiri Kekerasan Terhadap Perempuan!!
Atas nama IWA (International Women's Alliance/Aliansi Perempuan Internasional)
Posting Komentar