BREAKING

Rabu, 30 November 2022

Masa Depan Dunia Tanpa WTO: Perdagangan Bebas Hanya Ilusi, Ayo - Bubarkan WTO Sekarang Juga!

Kebijakan Perdagangan Bebas sengaja dilahirkan dan disebarluaskan sebagai instrumen kaum imperialis untuk melestarikan sistem penjajahan dan setengah jajahan atas terhadap masyarakat dan bangsa yang lemah sebagai syarat keberlangsungan hidup kapitalisme yang sekarat, terus membusuk dan parasitis. Sejak era General Agreement on Trade and Tariffs (GATT) 1948 hingga World Trade Organization (WTO) berdiri resmi 1994, forum perundingan antar negeri adalah ajang bagi imperialis untuk memperkenalkan dan mendiktekkan kebijakan produksi dan keuangan yang melegalkan perampokan kekayaan bangsa tertenti dan tenaga kerja rakyatnya. Bahkan dengan sangat licik, kebijakan-kebijakan dan regulasi WTO telah menjadi alat penindas imperialis untuk menghalangi kemajuan dan kebebasan bangsa dan masyarakat di berbagai negeri setengah jajahan dan setengah feodal.

WTO yang beranggotakan 160-an negara di dunia bekerja untuk memperlancar pergerakan bebas kapital barang khususnya kapital finans dari negeri imperialis ke negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan serta repatriasi keuntungan ke negeri imperialis tanpa hambatan kedaulatan dan kekuatan nasional apapun dan di mana pun. Hambatan ekspor kapital berbentuk bea, tarif maupun berbagai jenis hambatan non tarif berupa kebijakan untuk melindungi kepentingan nasional harus di singkirkan di negeri-negeri yang lemah dan non industrial. Sementara di negeri-negeri imperialis sendiri dengan berbagai cara dan pembenarannya melindungi pasar dalam negerinya dengan sangat ketat dan keras hanya untuk kepentingan kapitalis besar negerinya sendiri.
WTO dan kebijakan perdagangan bebas bertanggungjawab atas lestarinya dominasi negeri imperialis dalam bidang pangan dan kesehatan masyarakat. Dikte perdagangan bebas WTO atas pangan melalui Agreement on Agriculture (AoA) telah merampas kemandirian dan kebebasan rakyat untuk memperoleh nutrisi yang cukup dan terjangkau dari pangan sehat. Beragam penyakit lahir dari kekurangan nutrisi karena pangan yang mahal dan dari pangan yang tidak sehat. Dalam waktu bersamaan WTO juga melanggengkan monopoli atas industri kesehatan dan farmasi di tangan segelintir kapitalis monopoli internasional yang sangat berkuasa atas industri kesehatan dan farmasi. Industri kesehatan mulai dari industri obat-obatan, penguasaan bahan mentah, mesin dan peralatan kesehatan, penguasaan pengetahuan dan teknologi pengobatan berada dalam genggamannya. Hal ini nampak jelas selama Pandemi Covid-19 yang tengah mewabah saat ini. Melalui Agreement on Technical Barriers to Trade (TBT), Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS), Trade-Realated Intellectual Property Rights (TRIPS) dan Trade in Services (GAT). Tetapi yang paling fundamental dari semua itu adalah prinsip WTO tentang keharusan seluruh anggota WTO untuk menghilangkan seluruh diskriminasi atas perdagangan obat-obatan dan seluruh material yang berhubungan dengan kesehatan bagi seluruh impor tanpa alasan apapun. Hal ini telah menyebabkan konsentrasi kapital industri kesehatan hanya berada di tangan segelintir kapitalis besar monopoli di negeri imperialis. Dengan kekuasaan finansialnya, mereka menguasai seluruh bahan mentah, mesin dan peralatan produksi obat dan fasilitas kesehatan hingga harga tenaga kerja kesehatan.
Selama Pandemi Covid 19 hanya segelintir kapitalis monopoli internasional terbesar di bidang farmasi yang memperoleh keuntungan sangat besar. Mulai dari obat-obatan, fasilitas pelindung diri, vaksin hingga pengetahuan dalam pencegahan dan penanganan Pandemi Covid 19 berasal dari perusahaan raksasa farmasi dunia. Bahkan di tengah Pandemi Covid-19 ini FOORBES meliris individual kapitalis besar yang memperoleh kekayaan sangat besar dan menjadi bagian individual terkaya dunia karena Pandemi Covid-19. Impor terbesar seluruh negeri setengah jajahan dan setengah feodal selama Pandemi covid-19 adalah impor vaksin dengan berbagai skemanya, vaksin jadi dan bahan baku vaksinnya, diiringi dengan berbagai konsesi yang mengancam kedaulatan nasional dan menciptakan utang baru yang sangat besar.
Pangan yang cukup, murah dan sehat serta fasilitas kesehatan dan obat-obatan sangat mahal dan tidak terjangkau oleh rakyat yang keseluruhan hasil kerjanya dispekulasikan dalam pasar internasional. Nilai tukar produk kaum tani dan tenaga klas buruh tidak relevan dengan pangan dan obat-obatan serta biaya kesehatan dari hari ke hari.
Berputar-putar dari Putaran Uruguay, Putaran Doha, dibungkus dengan Paket Bali 2013, Paket Nairobi 2015, esensinya sama saja. Menyuburkan ilusi seolah-olah perdagangan bebas benar-benar bisa diwujudkan di masa yang akan datang dan menjadi masa depan dunia di bawahh imperialisme. Dengan perdagangan bebas tanpa hambatan bea, tarif dan hambatan kedaulatan nasional lainnya WTO menjanjikan pangan cukup, sehat dan murah serta fasilitas kesehatan dan pengobatan yang lebih baik.
Kami gerakan rakyat demokratis di Indonesia sadar bersama WTO klas buruh dan kaum tani tidak akan pernah bisa memenuhi keperluan pangan, memeliharan kesehatan dan melayani keperluan pengobatannya. Dengan perdagangan bebas seluruh hasil kerja kedua klas itu, keperluan hidup semakin tidak terjangkau. Bergantung pada ekspor dan impor telah menciptakan penderitaan dalam bagi klas buruh dan tani di negeri Setengah Jajahan dan Setengah Feodal. Klas buruh karena Generalize System of Preference (GSP) keringanan bea masuk impor atas beberapa produk manufaktur milik imperialis yang sengaja dibuat di Indonesia agar bisa menjadi instrumen menekan harga tenaga kerja di Indonesia dan di negeri imperialis. GSP dengan licik mempertajam persaingan antar rakyat dan bangsa di negeri setengah jajahan dan setengah feoddal memperebutkan pasar Amerika Serikat ! Untuk upah 2022, kaum buruh Indonesia hanya diperkenankan menuntut kenaikan upah 1,09% secara nasional pada saat hiper-inflasi terus menggerogoti upah riil. Kaum buruh Indonesia diilusikan dengan penciptaan kerja baru dengan adanya pasar bebas kapital. Saat ini di Indonesia, satu lapangan kerja baru di industri farmasi membutuhkan investasi baru 1 triliun rupiah! Beberapa manufaktur lainnya membutuhkan investasi miliaran rupiah untuk melahirkan satu lapangan kerja baru.
Kaum tani kecil perseorangan dan buruh tani Indonesia dengan organisasi produksi yang sangat terbelakang, tanpa mesin dan peralatan kerja modern dipaksa untuk berproduksi mati-matian di bawah para tuan tanah besar kaki tangan imperialis untuk mengisi pasar monopoli imperialis termasuk “virtual marketplaces”. Bekerja melayani “kontrak pembelian ke depan”, pasar berjangka komoditas, menggerakkan pelabuhan dan kapal logistik imperialis. CPO dari Indonesia memasok 50% keperluan dunia dari tanah yang dirampas dari kaum tani dan terus merusak hutan, kaum tani bekekrja menjadikan Indonesia pengekspor kelapa terbesar dunia, pengekspor ikan laut tangkap terbesar dunia, pengekspor kakao dan kopi terbesar. Dalam waktu bersamaan dipaksa mengimpor beras, jagung, kedelai, bawang putih-bawang merah, daging, susu, telur, gula, garam hingga paha ayam dari imperialis! Kaum tani Indonesia gotong royong dengan dikte WTO untuk menciptakan Jeff Bezos-Jeff Bezos baru sementara dia dan keluarga tetap kurus kering kekurangan nutrisi, hidup dengan upah 40.000-50.000 rupiah sehari. Setiap 1000 hektar tanah perkebunan besar sawit di tangan tuan tanahh besar hanya bisa menampung 200 buruh tani tidak tetap dengan upah sangat murah.
WTO bagi kami adalah World Threatener Organization atau World Traitors Organization. Ia harus dihentikan. Rakyat tertindas dan terhisap Indonesia dan dunia harus bersatu untuk menghentikannya. Gerakan Massa Bali 2013 harus dikali-lipatkan, gerakan anti pertemuan dan kebijakan WTO di seluruh dunia harus diperluas dan terus diperkuat. Sekuat apapun rakyat berusaha, bekerja keras di pertanian dan manufaktur tidak ada gunanya bila pergerakan bebas kapital imperialis tetap dibiarkan begitu saja. Tidak ada kemajuan dan apalagi kebebasan bersama WTO, yang ada hanya pembelian kontraktual atas komoditas, bahkan jauh sebelum komoditas itu dipanen atau diproduksi!
Jayalah ILPS Indonesia
International solidarity
WTO Hancurkan
28 November 2021

Hormat Kami,
International League of People Struggle (ILPS)
Chapter Indonesia

Helda Khasmy
Ketua

About ""

SERUNI atau Serikat Perempuan Indonesia adalah organisasi perempuan yang memiliki cita-cita kesetaraan gender dan kehidupan lebih baik bagi perempuan Indonesia.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 SERUNI
Design by FBTemplates | BTT