BREAKING

Senin, 19 September 2016

Organisasi Masyarakat Sipil Nonton Bareng Pidato Eni Lestari Pada Pembukaan KTT PBB

Organisasi Masyarakat Sipil Nonton Bareng Pidato Eni Lestari Pada Pembukaan KTT PBB















Beberapa organisasi masyarakat sipil, termasuk SERUNI, melaksanakan kegiatan nonton bareng menyaksikan Eni Lestari, seorang Buruh Migran asal Indonesia, menyampaikan pidatonya pada Pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi PBB mengenai Pengungsi dan Migran, 19 September 2016 di New York.

Eni Lestari menyampaikan pidatonya didepan lebih dari 150 petinggi negara, termasuk petinggi negara Indonesia. Menyampaikan persoalan buruh migran dan solusi yang mereka inginkan. 

Kegiatan nonton bareng ini dilaksanakan melalui saluran televisi online PBB. Menurut informasi yang berhasil di himpun, kegiatan nonton bareng ini dilaksanakan di beberapa wilayah yaitu di Jakarta, Pekanbaru, Surabaya, Wonosobo, Mataram, Ponorogo, Jambi, Lampung, Sulawesi dan Hong Kong. 

Kegiatan nonton bareng ini dimaksudkan sebagai bentuk dukungan kepada Eni Lestari dan perjuangan buruh migran seluruh dunia, khususnya Indonesia. Selesai nonton bareng, masing-masing wilayah melaksanakan diskusi dan kegiatan kebudayaan. Momentum ini merupakan momentum yang sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai keadaan dan perjuangan buruh migran. 

Sebagaimana yang disampaikan oleh Eni dalam pidatonya mengenai sebab terjadinya migrasi:

"Tetapi krisis yang semakin memburuk berdampak pada keluarga saya di Indonesia dan jutaan rakyat miskin, dimana kami dihadapkan tiap harinya dengan kenyataan pengangguran, kurangnya kesempatan pendidikan, lemahnya pelayanan sosial, kehilangan tanah dan kemiskinan yang semakin mendalam.  

Seperti yang dialami banyak orang, kami tidak punya pilihan selain bekerja di luar negeri sebagai pekerja rumah tangga. Supaya saya bisa memberi makanan, membayar utang orang tua dan memasukkan saudara saya ke sekolah."

Pada diskusi yang dilaksanakan di Surabaya, Nanang, AGRA Donomulyo memaparkan bahwa desanya adalah kantong buruh migran karena banyaknya petani yg terjebak hutang kepada tengkulak dan bank dengan menggadaikan sertifikat tanah untuk membiayai produksi pertanian. Sehingga untuk menebus sertifikat tersebut, banyak kaum pemuda khususnya perempuan yg menjadi BMI

Demikian pula disampaikan oleh Kanzul, mahasiswa Ubaya asal Turen Malang,  Ia memaparkan bahwa di desanya banyak anak-anak kecil berwajah indo hasil perkawinan antara BMI dengan "bule". Sementara, Pemuda desanya tidak lebih dari 5% yg sanggup kuliah seperti dia

Sementara, Hery, mahasiswa Unesa, memaparkan bahwa dia bisa kuliah di Surabaya karena dibiayai kakaknya yg bekerja menjadi BMI di Hong Kong. Kakaknya juga mendapat potongan 7 bulan gaji sehingga setiap bulan hanya menerima uang Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) dari upahnya sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).

Senada dengan itu, Linda dari LBH Unsiq Wonosobo menyampaikan bahwa terdapat kebijakan hukum yang tidak berpihak pada buruh migran, sehingga korban buruh migran terus berguguran tapi PJTKI tidak pernah tersentuh oleh hukum. Sementara, Mereka (buruh migran-pen) berangkat karena keterpaksaan. 

Perasaan bangga menyelimuti peserta nonton bareng tersebut. Bangga karena Buruh Migran bisa menyampaikan pandangan mereka pada forum tinggi tingkat dunia. Tentu saja, perasaan bangga ini juga bertambah karena Eni Lestari adalah buruh migran asal Indonesia. 

Harapan akan perubahan, baik di dalam negeri maupun diluar negeri terus bertambah. Solidaritas perjuangan rakyat semakin kuat. Semoga, kehidupan rakyat di dalam negeri dan di luar negeri akan semakin membaik seiring dengan semakin kuatnya perjuangan yang dilaksanakan. 

About ""

SERUNI atau Serikat Perempuan Indonesia adalah organisasi perempuan yang memiliki cita-cita kesetaraan gender dan kehidupan lebih baik bagi perempuan Indonesia.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 SERUNI
Design by FBTemplates | BTT