BREAKING

Kamis, 26 April 2018

SERUNI SIAP SAMBUT MAYDAY 2018

“Perkuat Dan Perluas Organisasi SERUNI, Intensifkan Pendidikan dan Propaganda Serta Perjuangan Massa Melawan Kebijakan dan Tindasan Fasis Jokowi-JK Serta Kekerasan Terhadap Kaum Perempuan.

Salam Demokrasi Nasional!
Komite Nasional Serikat Perempuan Indonesia menyampaikan salam hormat dan bangga kepada seluruh pimpinan dan anggota SERUNI diberbagai wilayah tanah air. Semoga kawan-kawan sekalian tetap dalam keadaan sehat dan dapat menjalankan kerja-kerja organisasi.
Sehubungan dan adanya momentum peringatan hari buruh se-dunia 1 Mei 2018 maka dengan ini kami Komite Nasional Serikat Perempuan Indonesia menyampaikan Seruan Kampanye massa kepada seluruh pimpinan dan anggota SERUNI di semua wilayah agar dapat menggunakan momentum ini sebaik-baiknya guna meningkatkan pemahaman bagi seluruh pimpinan dan anggota atas berbagai persoalan rakyat khususnya problem perempuan Indonesia saat ini, untuk memperkuat dan memperluas organisasi SERUNI serta sebagai upaya kita untuk meningkatkan persatuan dan perjuangan rakyat tertindas dan terhisap Indonesia di berbagai sektor.
Sejarah gerakan buruh internasional ini berawal dari pemogokan kelas buruh di Amerika Serikat untuk menuntut pengurangan jam kerja. Tercatat tahun 1806 pertama kali terjadi pemogokan buruh yang kemudian membawa mereka ke meja hijau, Tuntutan awalnya ialah 8 jam kerja, 8 jam istirahat, dan 8 jam rekreasi. Gerakan pemogokan ini kemudian meluas ke berbagai Negara di dunia dari tahun ke tahun, 1872, 1881, hingga tahun 1886 menjadi tahun pertama dilaksanakannya kongres internasional di Genewa, Swiss yang kemudian menetapkan 1 Mei sebagai hari buruh internasional. Dimana pada tanggal tersebut kelas buruh di seluruh dunia secara bersama-sama turun ke jalan untuk meneriakkan tuntutan-tuntutan mereka.
Di Indonesia sendiri, hari buruh internasional diperingati pertama kali pada tahun 1920 di masa kolonial. Akan tetapi di masa orde baru hari buruh tidak diijinkan lagi diperingati, hingga kemudian pasca reformasi 1998 hari buruh kembali diperingati setiap tahunnya dan berkat kegigihan perjuangan kelas buruh di Indonesia, pada tahun 2004 tanggal 1 Mei diperingati sebagai hari libur Nasional.
Semangat 1 Mei ini yang akan selalu menginspirasi gerakan kaum buruh melawan segala bentuk penghisapan dan penindasan oleh kapitalis monopoli yang hanya berorientasi pada akumulasi keuntungan semata dengan menekan biaya produksi sebesar-besarnya.
Peringatan hari buruh internasional ini bukan hanya milik kaum buruh semata. Akan tetapi juga menjadi peringatan penting bagi gerakan perempuan dan rakyat di berbagai sektor, dengan aliansi dasar kelas buruh dan kaum tani. Sebab kita tahu penindasan masih begitu dalam dirasakan oleh rakyat hari ini termasuk kaum perempuan Indonesia saat ini, akibat dari cengkraman dan dominasi ekonomi, politik, militer dan kebudayaan imperialisme Amerika serikat.
Imperialisme Amerika Serikat terus menunjukan kondisi yang semakin sekarat dan merosot. Hal tersebut tidak lain akibat terpaan badai krisis over produksi dan kapitalnya yang tiada henti. Bagi imperialis, tidak ada cara lain untuk dapat memperpanjang hidupnya selain melipatgandakan penindasan dan penghisapan terhadap rakyat di seluruh negeri.
Di tengah semakin kuatnya cengkraman imperialis AS di Indonesia, rezim Jokowi juga terus mengintensifkan perampasan tanah secara lebih sistematis melalui program Reforma Agraria Palsu-nya. Program bagi-bagi sertifikat dan perhutanan sosial merupakan skema yang sesungguhnya akan melegitimasi perampasan dan monopoli tanah yang semakin luas. Program tersebut sama sekali tidak mengubah penguasaan tanah yang timpang saat ini. Justru sebaliknya, akan semakin banyak kaum tani yang terampas tanahnya dan melahirkan buruh tani ataupun pengangguran di perdesaan.
Kondisi tersebutlah yang semakin memperburuk krisis di dalam negeri Indonesia. Di bawah kekuasaan rezim boneka Jokowi-JK, pemerintah terus melahirkan berbagai kebijakan yang memberi “karpet merah” bagi kepentingan bisnis kapitalis monopoli internasional. Paket Kebijakan Ekonomi terus digulirkan hingga 16 jilid yang menjadi payung seluruh skema neoliberal di Indonesia. Melalui itu pula skema dan tindasan yang semakin kejam bagi klas buruh di Indonesia terus lahir. Dalam Paket Kebijakan Ekonomi jilid 4 nya, secara langsung yang telah melahirkan PP No. 78/2015 tentang Pengupahan. Aturan baru yang ditujukan untuk memastikan politik upah murah dapat berjalan semakin baik. Hasilnya jelas, sejak diterapkan hingga saat ini, upah buruh pada setiap tahunnya hanya naik rata-rata 8%, berbanding terbalik dengan terus meningkatnya harga kebutuhan pokok rakyat. Kondisi tersebut semakin memperdalam jurang defisit upah klas buruh.
Sementara itu, untuk terus memastikan super profit yang didapatkan oleh imperialis dan borjuasi besar, skema Labour Market Flexibility berupa kontrak jangka pendek, outsorcing dan pemagangan terus dijalankan oleh pemerintah. Melalui skema tersebut, klas buruh semakin kehilangan hak kepastian kerja dan kesejahteraanya. Skema Pemagangan Nasional misalkan, program tersebut dijalankan untuk mengurangi pengeluaran perusahaan dalam aspek upah buruh. Pasalnya melalui program yang didukung oleh ribuan perusahaan tersebut, menggunakan sistem magang yang hanya memberikan upah/uang saku 60-70 % dari upah minimum, dengan beban pekerjaan yang sama.
Kaum perempuan menjadi golongan yang paling menderita akibat kebijakan neoliberal yang dijalankan oleh pemerintahan jokowi-jk hari ini. Pasalnya, jenis industri yang mendominasi hari ini ialah industry manufaktur di sektor garment, tekstil, dan sepatu. Dimana mayoritas buruhnya adalah buruh perempuan. Sebab industri ini menyerap buruh dengan skil rendah dan diupah murah. Tak lain dan tak bukan, sebab perempuan dinilai sebagai pencari nafkah nomor dua, maka golongan inilah yang memadati industri di tanah air.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tahun 2019 adalah tahun politik, dimana akan dilaksanakan pemilu (pemilihan umum) Presiden RI. Sedangkan tahun ini, telah ditetapkan sebagai momen pilkada serentak yang akan dilaksanakan pada Juni 2018. Kondisi tersebut akan berpotensi untuk menyeret kaum perempuan di berbagai sektor dalam dukung-mendukung calon dan berpotensi pula menimbulkan gesekan. Hal tersebut hanya dapat dihindari dengan kita terus memperluas edukasi-propaganda dan kampanye massa untuk membangkitkan, mengorganisasikan dan menggerakan kaum perempuan dan seluruh rakyat tertindas di Indonesia.
Satu hal lagi yang menjadi pelecut semangat untuk menggelorakan perjuangan menuju May Day tahun ini, yaitu 1 Mei 2018 juga merupakan momentum memasuki tahun ke-dua kongres pertama SERUNI yang di selenggarakan pada akhir bulan April 2017. Selain itu tahun ini juga merupakan peringatan 10 Tahun Front Perjuangan Rakyat (FPR) secara nasional dimana organisasi SERUNI telah mengambil bagian aktif sejak pendiriannya tahun 2008. Bagi SERUNI, 10 Tahun kiprah FPR sebagai aliansi multisektoral yang memiliki perspektif anti imperialisme, feodalisme dan kapitalis birokrat tentu sangatlah istimewa. Di tengah konstelasi politik yang banyak menyeret gerakan dan mengkanalisasi banyak organisasi, justru FPR semakin menunjukan keteguhan dan persatuannya. Kini FPR telah  semakin meluas diberbagai kota di Indonesia. Hal inilah yang harus menjadi pemicu semangat juang kita untuk tetap dalam satu barisan dalam berjuang.

Mayday kali ini, Seruni akan mengkoordinasikan aksi dan kampanye di 21 ranting di 15 propinsi seluruh Indonesia. Menjadi keharusan bagi gerakan perempuan hari ini untuk turut serta menjadi bagian dari peringatan Hari Buruh Internasional. Sebab tidak akan ada pembebasan sejati  bagi kaum perempuan, tanpa pembebasan bagi rakyat secara umum. 

Jayalah perjuangan massa!!


About ""

SERUNI atau Serikat Perempuan Indonesia adalah organisasi perempuan yang memiliki cita-cita kesetaraan gender dan kehidupan lebih baik bagi perempuan Indonesia.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 SERUNI
Design by FBTemplates | BTT