BREAKING

Kamis, 07 Maret 2024

Jadikan Perempuan Penopang Separuh Langit Indonesia Sesungguhnya!

 Pernyataan Nasional Serikat Perempuan Indonesia-SERUNI

Dalam Rangka

Peringatan Hari Perempuan Internasional ke-144


Kita memperingati Hari Perempuan Internasional 8 Maret ke-114 pada tahun 2024 di tengah pemilihan umum serentak yang justru dengan terang-terangan dan berbagai cara merampas hak dipilih dan memilih bebas kaum perempuan tani, kaum buruh, para profesional dan pekerja rendahan serta jutaan pekerja perempuan serabutan di perkotaan dan pedesaan. Perempuan Indonesia kembali dipaksa menjadi tiang penyanggah separuh langit sistem setengah jajahan dan setengah feodal yang terancam runtuh oleh krisis kronis yang terus memburuk. Suara kaum perempuan dimanipulasi melalui pemilu demi pemilu untuk mendukung kebijakan, regulasi dan keputusan baru yang melipatgandakan penindasan dan penghisapan atas kaum perempuan itu sendiri. Prabowo Subianto, Pemenang Sementara berdasarkan quick-count Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI adalah elemen militer utama Rezim Orde Baru Suharto hingga bisa bertahan selama 32 tahun dan ambil bagian dalam memperkuat Pemerintahan Boneka Joko Widodo di periode ke-2nya sebagai Menteri Pertahanan bagi sistem Setengah Jajahan dan Setengah Feodal! SERUNI menentang pemilu tidak demokratis khususnya bagi kaum perempuan dan dari sekarang mempersiapkan diri menghadapi pemerintah boneka penindas perempuan yang akan segera lahir.

 

Kita juga memperingati HPI 8 Maret tahun 2024 di tengah krisis imperialis yang akut yang ditandai dengan perang agresi brutal dan mematikan oleh zionis Israel dukungan Amerika Serikat dan NATO atas bangsa dan rakyat Palestina. Puluhan ribu rakyat Palestina meninggal dunia, mayoritasnya perempuan dan anak-anak yang tidak bersenjata. Ratusan ribu lainnya menjadi pengungsi tanpa jaminan keselamatan apapun, tanpa makanan dan minuman, pelayanan kesehatan dan tempat tinggal yang aman dan layak. Puluhan ribu perempuan Palestina lainnya berada dalam penjara Israel, berada dalam ancaman kekerasan seksual berkepanjangan. Perdamaian abadi di Palestina hanya bisa terjadi apabila pendudukan zionis Israel diakhiri dan dominasi imperialisme Amerika Serikat bisa dikalahkan oleh persatuan rakyat tertindas dan terhisap seluruh dunia. SERUNI juga mengutuk kematian dan kekerasan terhadap perempuan dan anak selama berlangsungnya Perang Berkepanjangan Rusia atas Ukraina karena provokasi dan dukungan Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya. Rakyat Palestina, Rusia dan Ukraina serta rakyat di berbagai negeri yang sedang ambil bagian dalam perang menentang dominasi imperialisme tidak hanya membutuhkan bantuan kemanusiaan dan dipuaskan dengan perdamaian palsu, akan tetapi membutuhkan solidaritas internasional sejati dan perdamaian abadi yang hanya bisa dimenangkan dengan gerakan pembebasan anti imperialis yang kuat oleh persatuan rakyat tertindas dan terhisap di setiap negeri dan seluruh dunia.    

 

Sejak Peringatan Hari Perempuan Internasional 8 Maret 2023 upaya aktif pemerintah boneka imperialis memperingatinya semakin intensif. Termasuk peringatan HPI 8 Maret ke-144 ini. SERUNI sebagai organisasi perempuan yang memperjuangkan pembebasan perempuan Indonesia secara fundamental menegaskan bahwa selemah apapun kekuatan kaum perempuan demokratis dan gerakannya menyerukan kepada seluruh rakyat tertindas dan terhisap di Indonesia agar berjuang bersama-sama agar HPI tetap menjadi milik rakyat, tidak jatuh dalam dominasi klas penindas dan penghisap baik di Indonesia maupun seluruh dunia yang dengan segala cara menunjukkan dirinya sebagai pejuang pembebasan kaum perempuan. Mereka hanya memperingati Hari Perempuan Internasional 8 Maret demi mengahalangi meluasnya ide dan perjuangan demokratis nasional yang mengubah secara fundamental penindasan dan penghisapan berlapis-lapis terhadap kaum perempuan. Peringatan yang mereka adakan untuk pembebasan perempuan dari klas-klas reaksioner yang berkuasa itu sendiri, bukan bagi kaum perempuan buruh dan kaum tani, profesional dan pekerja rendahan lainnya di pedesaan dan perkotaan. Bahkan peringatan yang mereka adakan hanya untuk menegaskan kembali batasan-batasan baru pembebasan perempuan yang boleh dan tidak dibenarkan oleh imperialisme serta sistem setengah jajahan dan setengah feodal di Indonesia. Singkatnya, peringatan HPI 8 Maret oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak hanya untuk menegaskan bahwa cita-cita pembebasan kaum perempuan sepenuhnya dari sistem patriarki kaum laki-laki dan berbagai bentuk diskriminasi karena agama dan masyarakat tidak relevan dan hanya utopia!

 

Sejak Clara Zetkin, pendiri gerakan proletar Jerman pada tahun 1910 mengusulkan Hari Perempuan Internasional 8 Maret pada Konferensi Internasional Kedua Perempuan Sosialis, hingga saat ini dunia hanya mewarisi dua pengalaman pembebasan fundamental kaum perempuan di dunia yaitu Rusia setelah kemenangan Revolusi Besar Oktober 1917-1956 dan China sejak 1949-1976. Setelah itu imperialisme dan seluruh varian sistem kekuasaan terbelakang di negeri setengah jajahannya mengembalikan status kaum perempuan kembali di bawah dominasi sistem patriarki kaum laki-laki, berbagai macam diskriminasi dan kekerasan beserta seluruh pekerjaan domestik yang dianggap melekat padanya sejak lahir.

 

Di negeri industri kapitalis paling maju Amerika Serikat nasib kaum perempuan serupa tapi tidak sama dengan nasib kaum perempuan di negeri agraris terbelakang seperti Indonesia. Domestifikasi, diskriminasi upah, komersialisasi kaum perempuan berlangsung intensif. Demikian pula dengan negeri Eropa Barat yang membebaskan kaum perempuan di dalam sistem liberalnya sebagai komoditas sekaligus instrumen untuk melipat-gandakan kelahiran NILAI BARU dari komoditas dan kapital uangnya.

 

Meskipun kita sudah memeringati HPI 8 Maret kali ke-114, ungkapan Mao Tse Tung pemimpin gerakan pembebasan perempuan proletar China, Kaum Perempuan Menopang Separuh Langit, hanya berlaku sangat artifisial di Indonesia. Di Indonesia sulit menemukan mereka yang tidak memuja-muji, memuliakan kaum perempuan dan mengaku melindungi dengan sekuat tenaga. Kenyataanya, kekerasan terhadap kaum perempuan dan anak-anak semakin menggila sepanjang 2023 dalam berbagai bentuk yang sulit diterima nalar. Pembunuhan sadis setelah diperkosa, aneka varian kekerasan seksual ektrem, penyiksaan fisik perempuan dan anak tanpa dasar, penjualan kaum perempuan untuk prostitusi dan sensualitas, berbagai bentuk komersialisasi kaum perempuan yang berlangsung secara terang-terangan untuk melipatgandakan keuntungan atas barang dagangan kapitalis, 24% lebih tenaga perempuan Indonesia dijadikan ujung tombak penjualan produk.

 

Kukuhnya masih sistem kekuasaan patriarki kaum laki-laki, sistem setengah jajahan dan setengah feodal, telah memberikan hak istimewa yang melekat pada kaum laki-laki terutama suami sebagai legislator sekaligus judikator bahkan menjadikan suami, paman, abang sebagai polisi dan tentara bagi perempuan. Alhasil, sistem kekuasaan patriarki sukses mendidik anak-anak laki-laki yang mengaku menjadi pemuja ibunya, setiap hari masih membiarkan bahkan membela bapaknya yang terang-terangan mendomestikkan ibunya bahkan dengan berbagai bentuk kekerasan untuk memaksakan domestifikasi tersebut!

 

Ketidak-bebasan kaum perempuan dalam aspek ekonomi menjadi basis kaum perempuan kehilangan kebebasan politik dan kebudayaannya. Hanya segelintir perempuan Indonesia, mereka yang menjadi bagian dari klas reaksioner yang berkuasa, menikmati kebebasan ekonomi dan akhirnya menikmati kebebasan politik dan kebudayaan dengan jalan menindas dan menghilangkan kebebasan jutaan kaum perempuan lainnya di pedesaan dan perkotaan. Angka Badan Pusat Statistik (BPS) 2022 menunjukkan hanya 0,78 persen kaum perempuan di posisi pimpinan dalam berbagai pekerjaan.

 

Jumlah kaum perempuan yang tidak bermilik atas tanah dan tidak ambil bagian dalam kerja pertanian bergandengan dengan kaum laki-laki di pedesaan terus meningkat. Baik karena krisis ekonomi pertanian berbasis komoditas ekspor seperti sawit maupun karena krisis kronis kebudayaan yang semakin parah. Data BPN 2018 menunjukkan hanya 15,88% dari 44 juta bidang tanah atas nama perempuan dan hanya 24% dari kaum perempuan bekerja dalam sektor pertanian dan perkebunan.  Di dalam masyarakat berklas seperti Indonesia, perempuan di pedesaan hanya bisa membebaskan dirinya meskipun terbatas apabila memiliki tanah dan ambil bagian dalam kerja bersisian dengan kaum laki-laki. Kerja yang mendasarkan diri pada prinsip bahwa kaum perempuan berhak mendapatkan bagian yang sama atas hasil produksi atau upah untuk setiap pekerjaan yang sama dengan kaum laki-laki. Kaum perempuan yang tidak bermilik di pedesaan dalam jumlah yang tidak sedikit menjadi komoditas perdagangan kontrak dalam skema ekspor tenaga kerja murah ke berbagai negeri seperti Hongkong, Arab Saudi dan negeri Arab lainnya, Malaysia, Australia, Korea dan Taiwan. Mereka disebut sebagai pekerja migran. 

 

Jumlah kaum perempuan yang tidak bekerja dalam produksi pertanian dan industri semakin besar dari jumlah kaum perempuan yang bekerja. Jenis pekerjaan yang tersedia bagi kaum perempuan semakin tidak bermutu dan semakin memudahkan kaum perempuan menjadi obyek berbagai bentuk kekerasan fisik dan seksual. Kaum perempuan yang terampas hak dasarnya atas pendidikan dan kesehatan yang murah dan berkualitas masih sangat besar terutama di pedalaman, pegunungan dan pemukiman Suku Bangsa Minoritas (SBM) serta Tani Pemukim dan Penggarap di hutan-hutan Indonesia.

 

Krisis kronis, penindasan dan penghisapan atas kaum perempuan tidak bisa diakhiri dengan cara biasa termasuk pemilihan umum. Berulang kali kebijakan, regulasi dan keputusan baru lahir setelah belasan pemilu di Indonesia sejak tahun 1955. Seluruh kebijakan, regulasi dan keputusan tersebut justru memperdalam krisis kaum perempuan secara ekonomi, politik dan kebudayaan. SERUNI tetap pada pendirian bahwa kaum perempuan Indonesia bebas seiring sejalan dengan pembebasan bangsa dan rakyat Indonesia dari sistem setengah jajahan dan setengah feodal. Sistem kekuasaan patriarki kaum laki-laki hanya bisa lenyap secara fundamental apabila dominasi imperialisme, feodalisme dan kapitalisme birokrat lenyap dari Indonesia. Seluruh perjuangan demokratis nasional untuk pembebasan tersebut hanya bisa dimulai dengan memenangkan LAND REFORM sejati dari pedesaan sebagai pembuka jalan bagi industri nasional, penjamin sejati pembebasan kaum perempuan.

 

Kaum perempuan Indonesia harus menjadi tiang penopang separuh langit sistem baru yang lebih bebas, adil dan maju yang harus diperjuangkan lahir di Indonesia dan dunia. Ia tidak boleh lagi menjadi penopang separuh langit sistem setengah jajahan dan setengah feodal yang pasti akan ambruk!

 

Selamat HPI 8 Maret 2024,

Hancurkan Imperialisme, Musnahkan feodalisme, Lawan Kapitalisme Birokrat

Jayalah Perempuan Indonesia!

Rakyat tertindas dan terhisap seluruh Indonesia bersatulah!


 


 

 

 

 

 

 

     

 

 

 

        

 

About ""

SERUNI atau Serikat Perempuan Indonesia adalah organisasi perempuan yang memiliki cita-cita kesetaraan gender dan kehidupan lebih baik bagi perempuan Indonesia.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 SERUNI
Design by FBTemplates | BTT