BREAKING

Selasa, 30 April 2019

Pernyataan Sikap Seruni Menyambut Mayday 2019


“PEREMPUAN INDONESIA BERSATU DAN BERJUANG BERSAMA RAKYAT MELAWAN DISKRIMINASI DAN TINDASAN FASIS REZIM JOKOWI-JK”

Jakarta, 30 April 2019.

Serikat Perempuan Indonesia (SERUNI) yang tergabung dalam aliansi Front Perjuangan Rakyat (FPR) memastikan akan melakukan aksi dan kampanye massa untuk memperingati Hari Buruh Sedunia, 1 Mei 2019 (May Day). Momentum bersejarah untuk meneladani dan memajukan tradisi berjuang klas buruh dan rakyat tertindas di seluruh dunia melawan klas penghisap dan penindas. Perjuangan tanpa kenal menyerah oleh jutaan klas buruh yang telah memberikan inspirasi terhadap jalan baru kehidupan rakyat. Keteguhan sikap, pengorbanan, serta disiplin baja dalam perjuangan yang bergelora membuahkan hasil berupa 8 jam kerja yang dapat dinikmati oleh rakyat di seluruh penjuru dunia hingga saat ini.  
SERUNI bersama FPR pada May Day tahun ini mengkoordinasikan aksi dan kampanye massa di 15 (lima belas) propinsi di seluruh Indonesia: DKI Jakarta, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah. Puncak aksi massa akan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 1 Mei 2019 yang berpusat di Istana Negara, Jakarta dan juga secara serentak dijalankan tiap propinsi kota/kabupaten.  
Aktifitas SERUNI menuju hari raya klas buruh dan rakyat tertindas secara umum 1 Mei 2019 terus dilaksanakan baik secara mandiri maupun bersama aliansi FPR. Edukasi dan propaganda massa, dialog, seminar, aksi piket, penyebaran selebaran, dan panggung kebudayaan menjadi rangkaian kegiatan untuk memperkuat persaturan dan memajukan kesadaran rakyat dalam menyongsong May Day 2019.
Dalam momentum May Day 2019 ini SERUNI telah menetapkan tema kampanye, yaitu “PEREMPUAN INDONESIA BERSATU DAN BERJUANG BERSAMA KLAS BURUH DAN KAUM TANI SERTA RAKYAT TERTINDAS MELAWAN TINDASAN FASIS REZIM JOKOWI-JK”.
Tema ini diambil berdasarkan dari posisi gerakan kaum perempuan hari ini dimana sejatinya ialah perjuangan klas. Oleh karena itu perjuangan kaum perempuan tidak bisa eksklusif, harus menyatu dengan perjuangan klas buruh dan kaum tani sebagai klas mayoritas di negeri ini. Akibat monopoli tanah masih eksis hingga kini situasi kaum perempuan khususnya terus mengalami kemerosotan hidup akibat perampasan hak ekonomi, politik dan kebudayaan karena kebijakan rezim Jokowi yang anti rakyat dan hanya mengabdi pada kepentingan kapitalisme monopoli asing, khususnya Amerika Serikat. Imperialisme AS terus melipatgandakan penghisapan dan tindasan terhadap rakyat seluruh negeri termasuk Indonesia melalui rezim boneka Jokowi - JK. Hal tersebut dilakukan oleh Imperialis AS untuk bertahan dari degradasi sistem neoliberal karena terus mengalami krisis yang semakin tajam.
Dikte neoliberal imperialis AS secara konsisten terus dijalankan oleh rezim Jokowi-JK dengan memberikan “karpet merah” dan jalan mulus bagi kepentingan bisnis kapitalis monopoli internasional. Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) terus digulirkan hingga 16 jilid yang menjadi payung seluruh skema neoliberal di Indonesia. PKE jilid IV telah melahirkan PP No. 78/2015 tentang Pengupahan untuk memastikan politik upah terus berjalan. Pada tahun 2019, kenaikan upah buruh hanya mencapai 8,03%. Klas buruh dan pekerja lainnya mengalami defisit yang semakin tajam karena kenaikan upah tidak sebanding dengan kenaikan harga kebutuhan pokok yang sangat tinggi dan cepat.
Sementara itu, untuk meningkatkan super profit dari kapitalis monopoli dan borjuasi besar komprador, pemerintah terus mengintensifkan skema Labour Market Flexibility (fleksibilitas pasar tenaga kerja) berupa kontrak jangka pendek, outsourching, dan pemagangan. Skema ini semakin merampas hak klas buruh atas kepastian kerja dan kesejahteraan. Pemagangan Nasional meningkatkan keuntungan bagi pengusaha karena mengurangi pengeluaran untuk upah buruh (merampas upah). Dengan skema ini, buruh (magang) bekerja dengan beban yang sama dengan buruh (tetap), namun hanya diberikan upah (uang saku) sekitar 60 - 70% dari upah minimum.
Rezim Jokowi juga terus mengintensifkan perampasan tanah lebih sistematis melalui program Reforma Agraria Palsu dan Perhutanan Sosial. Program bagi-bagi sertifikat sesungguhnya melegitimasi perampasan dan monopoli tanah yang semakin luas dan sama sekali tidak mengatasi ketimpangan penguasaan tanah. Sebaliknya, semakin menjerat kaum tani dalam skema perampasan tanah, dan melahirkan buruh tani ataupun pengangguran di perdesaan. Kaum tani dipaksa bermitra dengan tuan tanah besar yang menjerat kaum tani melalui penghisapan feodal yang keji.
Krisis di perdesaan dan kondisi perburuhan yang semakin buruk berimbas bagi seluruh sektor dan golongan rakyat di Indonesia. Rakyat terpaksa menjadi buruh migran dan bekerja ke luar negeri tanpa perlindungan negara. Sementara itu kaum perempuan terus mendapatkan diskriminasi kerja dan upah yang semakin tajam, serta mengalami perampasan hak-hak demokratisnya sebagai manusia. Perempuan buruh pabrik mendapat upah lebih rendah dari buruh laki-laki karena pembedaan jenis pekerjaan. Begitu juga yang dialami perempuan buruh kebun di pedesaan. Hak demokratis berupa cuti haid, cuti hamil, dan cuti melahirkan selama 3 bulan sangat sulit didapatkan. Satu kasus yang cukup menarik perhatian ialah cuti haid perempuan buruh di perkebunan milik Ivo Mas (anak perusahaan Sinar Mas di kecamatan Kandis, Kabupaten Siak, Propinsi Riau) yang harus melalui prosedur yang tak prosedural. Sang buruh yang hendak mengajukan cuti haid harus melalui pemeriksaan vagina oleh petugas kesehatan di klinik kebun, hingga harus menanggalkan celananya, kemudian diusap dengan kapas beralkohol hanya demi membuktikan bahwa mereka sedang dalam masa haid padahal sudah ditunjukkan pembalutnya terdapat darah. Sungguh merupakan pelecehan seksual bagi seorang perempuan!
Pihak perkebunan hanya mengijinkan perempuan mengambil cuti saat haid sedang deras-derasnya dan terjadi pada tanggal yang sama tiap bulannya. Tanpa mempertimbangkan siklus haid seorang perempuan bisa berbeda satu sama lain, bahkan bisa saja berbeda tiap bulannya. Apapun itu, pihak perusahaan tidak punya hak untuk mempersulit cuti haid bagi buruh perempuannya. Karena sejatinya cuti haid sudah diatur dalam undang-undang (UU) Ketenagakerjaan dan sudah menjadi hak bagi seorang buruh. Parahnya lagi, perempuan buruh kebun yang melakukan aksi menolak pelecehan seksual tersebut justru harus menghadapi PHK (pemutusan hubungan kerja) sepihak dengan tidak memperpanjang kontrak kerjanya. Hingga kini SERUNI masih terus melakukan advokasi agar korban bisa mendapatkan haknya.
Disamping hak demokratis yang dirampas oleh pihak perkebunan, perempuan di pedesaan juga semakin terpuruk karena kehilangan aksesnya terhadap sumber daya alam di tanahnya sendiri akibat monopoli oleh perkebunan kelapa sawit. Sungai-sungai mulai mengering, air bersih kian sulit didapatkan, ikan-ikan tak lagi ada di sungai, dan tidak ada lagi makanan gratis dari hutan yang lestari. Maka tak heran jika ancaman kelaparan adalah gambaran masa depan dari anak-anak buruh perkebunan.  
Pun demikian dengan pemuda dan mahasiswa yang dihadapkan dengan biaya pendidikan mahal karena lepasnya tanggung jawab negara dan ketidakpastian mendapatkan lapangan kerja yang layak.
Pada momentum May Day tahun ini, gerakan buruh dan rakyat Indonesia juga dihadapkan dengan kontestasi elektoral Pemilu 2019. Meskipun telah selesai melaksanakan pemungutan suara, namun hingga saat ini klas buruh dan rakyat terus diseret dan dipecah konsentrasinya demi kepentingan klas penindas yang berkontestasi. Melalui janji perubahan nasib, komitmen palsu berpihak pada rakyat, hingga langkah praktis membangun kekuatan alternatif hanyalah akan menumpulkan kontradiksi dan perjuangan rakyat Indonesia.
SERUNI menegaskan bahwa fokus perjuangan politik kaum perempuan dan rakyat Indonesia saat ini adalah terus membangun persatuan melalui berbagai organisasi rakyat untuk mengintensifkan perlawanan terhadap seluruh kebijakan rezim Jokowi yang menyengsarakan kaum perempuan, klas buruh, dan kaum tani serta rakyat tertindas lainnya. Sementara itu, Rakyat harus selalu siap menghadapi siapapun pemenang Pemilu 2019 yang esensinya adalah representasi dari kepentingan imperialis-borjuasi besar komprador-tuan tanah besar.
Maka tuntutan utama SERUNI adalah:
1. Cabut Paket kebijakan ekonomi Jokowi dan seluruh aturan perundangan yang mengabdi pada       pelaksanaan skema neoliberalisme pimpinan AS; dan cabut seluruh aturan dan undang-undang yang       menindas hak politik rakyat.

2.   Cabut PP Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan. Wujudkan Upah Minimum Nasional sebagai skema baru pengupahan yang mencegah kesenjangan upah buruh.
3.   Perbaiki upah perempuan buruh pabrik dan Buruh Tani Di Perkebunan
4.   Perbaiki kondisi kerja perempuan buruh pabrik dan Buruh Tani Di Perkebunan
5.   Jalankan Land Reform Sejati dan Distribusikan Tanah Bagi Tani Perempuan
6.   Hentikan kekerasan dan kriminalisasi terhadap perempuan
7.   Berikan kepastian kerja bagi perempuan buruh pabrik dan Buruh Tani Di Perkebunan
8.   Hentikan penggusuran atas nama infrastruktur dan percepatan pembangunan.
9.   Berikan cuti melahirkan 6 bulan bagi perempuan buruh.
110.  Turunkan harga kebutuhan pokok, tarif dasar listrik, air dan BBM!
111.  Turunkan pajak bagi buruh, petani dan rakyat miskin! Menolak rencana kenaikan iuran BPJS kesehatan   dan turunkan iuran dengan perbaikan layanan kesehatan bagi rakyat.
112. Hentikan pemberian dan perpanjangan HGU dan HPH kepada perkebunan besar, izin usaha bagi pertambangan besar dan taman nasional; serta naikkan harga hasil produksi kaum tani.
113.  Libatkan perempuan yang tertindas dan terhisap dalam setiap pengambilan keputusan.
114.  Berikan kebebasan berorganisasi dan berserikat bagi perempuan terutama perempuan buruh dan tani di pedesaan.


Peringatan Hari Buruh Internasional adalah momentum perjuangan seluruh rakyat tertindas dan terhisap di Indonesia. Oleh karena itu, pada peringatan May Day 2019, Serikat Permepuan Indonesia (SERUNI) menyerukan kepada seluruh kaum perempuan dan rakyat Indonesia agar terus memperkuat dan memperluas persatuan serta mengintensifkan perlawanan dengan gegap gempita melancarkan aksi-aksi dan mobilisasi massa seluas-luasnya menentang semua kebijakan yang menindas dan menghisap serta menyengsarakan rakyat secara ekonomi, politik dan kebudayaan.
Hormat kami
Serikat Perempuan Indonesia (SERUNI)


Helda Khasmy                                                            Triana Kurnia Wardani
   Ketua Umum                                                                             Sekjend

Kontak Person:
Triana Kurnia Wardani (Sekjend)           : +6281293288840



About ""

SERUNI atau Serikat Perempuan Indonesia adalah organisasi perempuan yang memiliki cita-cita kesetaraan gender dan kehidupan lebih baik bagi perempuan Indonesia.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 SERUNI
Design by FBTemplates | BTT